Senin, 30 November 2009

MILITANSI PEREMPUAN DALAM GERAKAN PEKERJA/BURUH PEREMPUAN

Perempuan merupakan sumber tenaga kerja utama dalam industri manufaktur, seperti tekstil dan garmen di Asia. Dominasi perempuan dalam industri manufaktur bersamaan dengan pengalihan produksi manufaktur dari Negara-negara maju ke Negara yang sedang berkembang yang menyediakan tenaga kerja murah.

Berbagai temuan dan studi ketenagakerjaan memperhatikan bahwa pengusaha lebih memilih pekerja perempuan karena asumsi mengenai tingginya tingkat keterampilan, kepatuhan, kesabaran dan kesediaannya dalam menerima upah rendah, namun asumsi ini tidak sejalan dengan berbagai pengamatan dan studi mengenai keterlibatan perempuan dalam gerakan buruh. Menurut pengamatan saya, bahwa pekerja perempuan cenderung lebih aktif dan berani berbicara dibanding dengan kolega laki-laki mereka, apalagi pekerja perempuan migran, kata Wakil Sekretaris DPC SPN KBB. Namun hubungan antara perempuan dan gerakan buruh jauh dari sederhana, tambahnya.

Tingkat militansi ini berbeda-beda di setiap tempat dan dalam kelompok perempuan di tempat-tempat tersebut karena militansi pekerja perempuan tidak dapat dilihat secara universal dalam perburuhan di Indonesia.

Melihat perempuan yang telah menikah tampak kurang militan dibanding mereka yang masih lajang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Imam Suroso, Wakil Sekretaris DPC SPN KBB, biasanya perempuan yang sudah menikah tidak diperbolehkan oleh suaminya untuk aktif dalam organisasi, belum lagi jika sudah mempunyai anak.

Hal ini terkait dengan lemahnya posisi perempuan di dalam rumah tangga, pekerja perempuan harus bergegas pulang kerumah untuk mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sebaliknya laki-laki lebih mudah berorganisasi, ketika ada waktu luang bisa diupayakan untuk berinteraksi dengan organisasi maupun masyarakat.

Pemaparan diatas memperlihatkan militansi perempuan dalam gerakan buruh dipengaruhi berbagai faktor. Peran gender masih merupakan faktor penting dalam memahami tingkat militansi pekerja perempuan, terutama yang telah menikah. Partisipasi aktif perempuan dalam posisi-posisi penting Serikat Pekerja Nasional memiliki berbagai nilai positif. Pertama, dapat mempengaruhi kebijakan yang terkait dengan masalah ditempat kerja, kesetaraan upah, tunjangan keluarga, dsb. Kedua, dapat menstimulasi keterlibatan pekerja perempuan rank-and-file.

Oleh karenanya PSP SPN harus mengembangkan strategi yang dapat mendorong partisipasi perempuan. PSP tidak hanya memberikan perhatian pada masalah-masalah struktural, seperti segregasi pekerjaan dan beban kerja perempuan dalam rumah tangga akan tetapi juga waktu dan lokasi pertemuan PSP serta sikap para pengurus dan anggota terhadap keberadaan perempuan. Pekerja perempuan juga mampu menjalankan aktifitas gerakan buruh. Dengan demikian, basis yang ada saat ini bisa dimanfaatkan secara optimal untuk memperjuangkan berbagai kepentingan pekerja/buruh.

1 komentar: